Rabu, 17 Oktober 2007

Satu Nusa Satu Bangsa

Ekayastra Unmada I

dari kiri ke kanan :Putut Prabantoro (Ketua Pelaksana), Kiki Syahnakri (Ketua Yayasan Jati Diri Bangsa), Franciscus Wellirang (Pengusaha), Daniel Sparingga (Pengamat Politik), Arkand BZ (Spiritual Metafisika).

Daniel : Pers Harus Berpikir Optimistis

Menyambut HUT kemerdekaan, untuk kali pertama sekitar 300 wartawan elektronik dan cetak tumplek-blek di Jakarta Media Center, Kamis (16/8) malam. Mereka menghadiri acara Ekayastra Unmada --semangat satu bangsa-- yang diselenggerakan sejumlah wartawan senior Jakarta, dan diketuai AM Putut Prabantoro.

Hadir sebagai pembicara, Dr Daniel Sparingga (analis politik Unair Surabaya), Letjen TNI (Pur) Kiki Syahnakri (Ketua Yayasan Jati Diri Bangsa), Franciscus Welirang (pengusaha), dan Arkand BZ.
Daniel Sparinga meminta pers dan masyarakat berpikir optimistis. Ia mencontohkan, ketika pemberitaan pers cenderung mengangkat hal-hal negatif maka yang terjadi adalah image bahwa
Indonesia memang buruk.

"Media jangan terlalu pesimistis memotret
Indonesia dengan potret compang-camping. Bila terlalu sering, jangan-jangan akan menjadi kenyataan," khawatirnya
Sedangkan Kiki Syahnakri mengingatkan para pemimpin bangsa dan masyarakat segera merevitalisasi nasionalisme agar
Indonesia menjadi sebuah negara besar dan mampu bersaing. Menurutnya, yang dilakukan para pendiri bangsa sebagaimana tercermin di pembukaan UUD 1945 sudah benar.

“Kita hanya meneruskan saja. Persoalannya, apa yang mereka rumuskan belum sepenuhnya dilaksanakan. Karena itu sudah saatnya kita melakukan revitalisasi nasionalisme," tuturnya.

Surya ONLINE
Tuesday, 21 August 2007

Bingung Dapat Kambing

WARTAWAN pun tak ketinggalan ikut memeriahkan HUT Kemerdekaan. Sekitar 300 wartawan elektronik dan cetak berkumpul di Jakarta Media Center, Kamis (16/8) malam.

Mereka menghadiri acara Ekayastra Unmada --semangat satu bangsa-- yang diadakan sejumlah wartawan senior. Hadir sebagai pembicara Daniel Sparingga (pengamat politik Unair), Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri (Ketua Yayasan Jati Diri Bangsa), Franciscus Welirang (pengusaha) dan Arkand BZ.

Usai diskusi, semua peserta bersama-sama pembicara menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Dan sebagai penutup acara, para wartawan mengikuti undian door prize.

Hadiahnya bermacam-macam, mulai sepeda motor, televisi, kamera, VCD player, MP4, handphone hingga dua ekor kambing. Dan Murjani, wartawan Banjarmasin Post, mendapatkan seekor kambang. "Wah gimana nih cara membawa pulangnya. Saya kan naik motor. Lagian di rumah juga enggak ada tempatnya," kata Murjani.

Selanjutnya kambing itu diberikan kepada Ismanto, fotografer BPost agar dirawat dan nanti akan dijadikan hewan kurban pada Hari Raya Idul Adha

Bajarmasin post

Keindonesiaan Kian Kendur

Mantan Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat Letjen (Purn) Kiki Syahnakri mengakui, karakter keindonesiaan kian kendur. "Ini saatnya kita merevitalisasi nasionalisme," kata Kiki pada sarasehan kemerdekaan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) di Jakarta, pekan lalu. Menurut Kiki, nilai keindonesiaan pun perlu diluruskan. Sarasehan itu juga menghadirkan Daniel Sparringga, Arkand BZ, dan Franciscus Welirang.

Kompas, Selasa, 21 Agustus 2007

Selasa, 16 Oktober 2007

Bangsa Indonesia Tak pernah Menepati Komitmen

Bangsa Indonesia belum pernah melaksanakan secara konsisten komitmen kebangsaan yang tercantum dalam preambul UUD 1945. "Komitmen kebangsaan itu sangat cocok dengan negara dan bangsa kita yang sangat pluralis. Semangat berdaulat, adil dan makmur tidak terjaga dengan baik. Karena itu, sangat dikhawatirkan terjadinya perpecahan bangsa, sebagai akibat kemiskinan yang berkepanjangan."

Demikian dikemukakan mantan Wakil Kepala Staf TNI AD (Wakasad) Letjen (Purn) Kiki Syahnakri dalam acara refleksi kemerdekaan RI yang diselenggarakan para wartawan ibu-kota di Jakarta, Senin (20/8).Tak kurang dari 200 wartawan dari berbagai media berkumpul mengadakan malam sarasehan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa), memperingati HUT Kemerdekaan RI yang ke-62. Acara 'Dari Wartawan, Untuk Wartawan dan Oleh Wartawan' ini menghadirkan empat pembicara yakni mantan Wakasad Letjend TNI (Purn) Kiki Syahnakri dalam kapasitasnya sebagai Ketua Yayasan Jati Diri Bangsa, Pengusaha dan Franciscus Welirang (pengusaha dan sekaligus Direktur PT Indofood Sukses Makmur), Dr. Daniel Sparingga, pengamat Politik dari Universitas Airlangga, dan Arkand BZ, spiritualis metafisika dari Yogyakarta.

Dalam pembukaan acara, Ketua Pelaksana AM. Putut Prabantoro yang juga Managing Partner Strata Consulting menegaskan bahwa peran dan tugas wartawan senantiasa terkait dengan berbagai kepentingan. Namun mengingat kondisi yang sekarang bisa dilihat, wartawan melalui reportase atau tulisannya harus mendorong bangsa ini menuju ke perubahan yang lebih baik dengan semangat nasionalisme dan patriotisme yang lebih daripada tahun-tahun sebelumnya. Dengan pertemuan ini, yang mungkin baru pertama kali diadakan, "Wartawan tidak hanya tergerak hatinya untuk ikut membenahi bangsa Indonesia menuju ke arah perubahan yang lebih baik tetapi juga harus menggerakkan hatinya agar dalam pelaporan atau peliputan senantiasa dikaitkan dengan hidup berkebangsaan. Tulisan dan reportase wartawan harus senantiasa dikaitkan dengan persatuan dan kesatuan bangsa," ungkap Putut Prabantoro.

Dalam penjelasan dalam diskusi kebangsaan yang dipandu Denni Reksa dari RCTI, Kiki Syahnakri menjelaskan, perlunya bangsa Indonesia meluruskan arah serta nilai-nilai ke-Indonesiaan. "Itu penting, karena karakter ke-Indonesiaan kita semakin waktu semakin mengendur, ini saatnya kita merevitalisasi nasionalisme," tegas Kiki.Digambarkannya, hampir semua kekayaan yang ada di Indonesia ini sudah miliki pihak asing. "Setiap kali kita kirim SMS, berarti kita menyumbang kekayaan untuk Singapura. Setiap kali kita meneguk air aqua, kita memperkaya perusahaan milik orang Perancis," demikian Kiki memberi ilustrasi.

Ditegaskan pula bahwa demokrasi yang sekarang dilihat bersama hanya merupakan cara mencapai tujuan dan bukan tujuan itu sendiri. "Orang sering salah kaprah melihat bahwa demokrasi yang kita lihat sekarang seakan-akan sebagai tujuan. Padahal demokrasi hanyalah cara mencapai tujuan. Persatuan dan Kesatuan dalam kerangka nasionalisme dan patriotisme hendaknya harus dilihat sebagai sebagai satu keutuhan yang tidak bisa dipisah-pisah," tegas Kiki Syahnakri.


media indonesia online