Selasa, 16 Oktober 2007

Bangsa Indonesia Tak pernah Menepati Komitmen

Bangsa Indonesia belum pernah melaksanakan secara konsisten komitmen kebangsaan yang tercantum dalam preambul UUD 1945. "Komitmen kebangsaan itu sangat cocok dengan negara dan bangsa kita yang sangat pluralis. Semangat berdaulat, adil dan makmur tidak terjaga dengan baik. Karena itu, sangat dikhawatirkan terjadinya perpecahan bangsa, sebagai akibat kemiskinan yang berkepanjangan."

Demikian dikemukakan mantan Wakil Kepala Staf TNI AD (Wakasad) Letjen (Purn) Kiki Syahnakri dalam acara refleksi kemerdekaan RI yang diselenggarakan para wartawan ibu-kota di Jakarta, Senin (20/8).Tak kurang dari 200 wartawan dari berbagai media berkumpul mengadakan malam sarasehan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa), memperingati HUT Kemerdekaan RI yang ke-62. Acara 'Dari Wartawan, Untuk Wartawan dan Oleh Wartawan' ini menghadirkan empat pembicara yakni mantan Wakasad Letjend TNI (Purn) Kiki Syahnakri dalam kapasitasnya sebagai Ketua Yayasan Jati Diri Bangsa, Pengusaha dan Franciscus Welirang (pengusaha dan sekaligus Direktur PT Indofood Sukses Makmur), Dr. Daniel Sparingga, pengamat Politik dari Universitas Airlangga, dan Arkand BZ, spiritualis metafisika dari Yogyakarta.

Dalam pembukaan acara, Ketua Pelaksana AM. Putut Prabantoro yang juga Managing Partner Strata Consulting menegaskan bahwa peran dan tugas wartawan senantiasa terkait dengan berbagai kepentingan. Namun mengingat kondisi yang sekarang bisa dilihat, wartawan melalui reportase atau tulisannya harus mendorong bangsa ini menuju ke perubahan yang lebih baik dengan semangat nasionalisme dan patriotisme yang lebih daripada tahun-tahun sebelumnya. Dengan pertemuan ini, yang mungkin baru pertama kali diadakan, "Wartawan tidak hanya tergerak hatinya untuk ikut membenahi bangsa Indonesia menuju ke arah perubahan yang lebih baik tetapi juga harus menggerakkan hatinya agar dalam pelaporan atau peliputan senantiasa dikaitkan dengan hidup berkebangsaan. Tulisan dan reportase wartawan harus senantiasa dikaitkan dengan persatuan dan kesatuan bangsa," ungkap Putut Prabantoro.

Dalam penjelasan dalam diskusi kebangsaan yang dipandu Denni Reksa dari RCTI, Kiki Syahnakri menjelaskan, perlunya bangsa Indonesia meluruskan arah serta nilai-nilai ke-Indonesiaan. "Itu penting, karena karakter ke-Indonesiaan kita semakin waktu semakin mengendur, ini saatnya kita merevitalisasi nasionalisme," tegas Kiki.Digambarkannya, hampir semua kekayaan yang ada di Indonesia ini sudah miliki pihak asing. "Setiap kali kita kirim SMS, berarti kita menyumbang kekayaan untuk Singapura. Setiap kali kita meneguk air aqua, kita memperkaya perusahaan milik orang Perancis," demikian Kiki memberi ilustrasi.

Ditegaskan pula bahwa demokrasi yang sekarang dilihat bersama hanya merupakan cara mencapai tujuan dan bukan tujuan itu sendiri. "Orang sering salah kaprah melihat bahwa demokrasi yang kita lihat sekarang seakan-akan sebagai tujuan. Padahal demokrasi hanyalah cara mencapai tujuan. Persatuan dan Kesatuan dalam kerangka nasionalisme dan patriotisme hendaknya harus dilihat sebagai sebagai satu keutuhan yang tidak bisa dipisah-pisah," tegas Kiki Syahnakri.


media indonesia online

Tidak ada komentar: